BCA Indonesia Open Super Series Premiere 2015

BCA Indonesia Open Super Series Premiere 2015

Minggu, 31 Mei 2015

Jelang BIOSSP 2015: Prediksi Fran/Dewi vs. Lee/Lee

     Unggulan pertama di babak kualifikasi ganda campurn, Fran Kurniawan/ Komala Dewi akan menghadapi ganda non unggulan asal Korea Selatan, Lee Yong Dae/Lee So Hee. Pertandingan di turnamen BCA Indonesia Open Super Series Premiere ini akan menjadi pertandingan pertama bagi kedua pasangan. Diatas kertas, Fran/Dewi yang menduduki peringkat 55 dunia jauh lebih diunggulkan ketimbang Lee/Lee yang menduduki peringkat 213 dunia. Smash Indonesia telah membuat analisa dan prediksi dengan membuat peta kekuatan dan keuntungan kedua pasangan pada pertandingan yang akan dilangsungkan besok di Istora Senayan.

     Pasangan Fran Kurniawan/Komala Dewi telah bermain di tujuh turnamen bersama dengan total 24 pertandingan bersama dengan menang 20 kali dan kalah 4 kali. Kedua pasangan dalam tujuh turnamen berhasil memenangi dua turnamen yakni Skycity New Zealand Open 2015 dan Babolat Bulgarian International 2014, serta menjadi runner-up di Bahrain International Challenge 2014. Pasangan yang belum lama terbentuk ini menunjukkan perkembangan yang sangat menjanjikan sejak pertama kali dipasangkan. Fran/Dewi yang sebelumnya berada di peringkat 243 dunia pada bulan November 2014, meroket ke peringkat 55 dunia bulan Mei 2015 lalu. Ini tentu merupakan buah dari performa baik yang terus ditampilkan oleh kedua pasangan yang konsisten.

 
Sementara itu, pasangan Lee Yong Dae/Lee So Hee merupakan pasangan yang baru dibentuk dan baru menjalani 4 pertandingan bersama, dengan 3 kemenangan dan 1 kekalahan. Keduanya baru mengikuti satu turnamen bersama Yonex Sunrise Hong Kong Open 2015 yang dimana mereka berhasil menjadi perempatfinalis. Peringkat dunia pasangan asal Korea Selatan tersebut sejak tahun lalu berkisar di peringkat 200-an, dimana pada bulan Desember 2014 mereka berada di peringkat 210 dunia, dan kini pada bulan Mei 2015 bertengger di peringkat 213 dunia. Pada ajang BCA Indonesia Open Super Series Premiere 2015 kali ini, Lee/Lee berkesempatan untuk mengangkat peringkat dunia mereka.

     Terhadap pertandingan yang sejatinya akan diselenggarakan besok, Smash Indonesia telah membuat prediksi yang berdasarkan statistik yang ada, beserta kondisi kedua pasangan. Pada pertandingan esok hari, besar kemungkinan pasangan Fran/Dewi akan keluar sebagi pemenang. Hal ini adalah berdasarkan statistik pasangan asal Indonesia tersebut yang sudah lebih lama diterjunkan sebagai pasangan Lee/Lee juga kedua pasangan saat ini memiliki peringkat yang lebih tinggi ketimbang Lee/Lee. Selain itu, Fran/Dewi juga akan mendapat semangat lebih dari dukungan para suporter Indonesia di Istora. Namun, Fran/Dewi harus mewaspadai kekuatan yang dimiliki pasangan Lee/Lee. Pasalnya, Lee Yong Dae (bersama Yoo Yeon Song) dan Lee So Hee (bersama Shin Seung Chan) adalah kekuatan Korea Selatan di sektor ganda putra dan ganda putri secara berurutan. Lee Yong Dae bersama Yoo Yeon Seong merupakan ganda putra nomor satu dunia, sementara Lee So Hee bersama Shin Seung Chan merupakan ganda putri nomor delapan dunia. Sehingga, meskipun secara peringkat di ganda campuran Lee/Lee sangat tertinggal, pasangan ini tentu wajib diwaspadai.


   

Jelang BIOSSP 2015: Prediksi Maria Febe Kusumastuti vs. Hana Ramadhini

     Pertarungan sesama pemain Indonesia akan tersaji di babak kualifikasi tunggal putri saat unggulan pertama Maria Febe Kusumstuti menghadapi Hana Ramadhini. Secara peringkat dan usia, Febe tentu jauh lebih diunggulkan dibandingkan Hana. Febe yang berusia 25 tahun kini menduduki peringkat 28 dunia, atau nomor satu di Indonesia, sementara Hana yang berusia 20 tahun berada di peringkat 57 dunia. Namun, meskipun demikian, Smash Indonesia mengenal istilah "Kok itu berbulu", sehingga apapun bisa terjadi dalam dunia bulutangkis. Kami akana menyajikan analisa dan prediksi kami terhadap pertandingan kedua pemain.

     Maria Febe Kusumastuti adalah pemain kelahiran 30 September, 1989, dan sepanjang karirnya, Febe telah memainkan 224 pertandingan dengan 129 kemenangan dan 95 kekalahan. Sementara untuk tahun 2015 sendiri, Febe telah bermain di 14 pertandingan dengan total 7 kemenangan dan 7 kekalahan. Sementara itu bila melihat peringkat dunia, peringkat Febe terus mengalami perkembangan yang perlahan tapi pasti. Febe yang sebelumnya pada bulan Juni 2015 berada di peringkat 38 dunia, sempat terseok ke peringkat 49 dunia pada bulan Juli 2015, namun kini berhasil bangkit dan menduduki peringkat 28 dunia. Dengan usianya yang tengah dalam usia keemasan, Febe mampu terus menunjukkan performa terbaiknya dan pada akhirnya bisa menduduki peringkat pertama di Indonesia untuk sektor tunggal putri. Dalam 13 turnamen terakhir, Febe meraih satu hasil runner up di Babolat Bulgarian International 2014, satu hasil semifinalis di Dutch Open 2014, dan empat hasil perempatfinalis di Skycity New Zealand Open 2015, OUE Singapore Open 2015, Austrian Open 2015, dan di Vietnam GP Open 2014.

   
 Sementara itu, Hana Ramadhini yang merupakan pemain kelahiran 21 Februari 1995 ini sepanjang karirnya telah memainkan total 104 pertandingan dengan 77 kemenangan dan 33 kekalahan. Pada tahun 2015 ini, Hana telah memainkan 11 pertandingan dengan 7 kemenangan dan 4 kekalahan. Hana yang merupakan pemain muda di sektor tunggal putri ini menujukkan perkembangan yang signifikan dalam satu tahun terakhir. Hana yang pada bulan Juni tahun 2014 lalu bertengger di peringkat 117 dunia, dalam satu tahun ini naik 60 tangga ke peringkat 57 dunia saat ini. Dalam 11 turnamen terakhir, Hana berhasil meraih satu gelar di Swiss International 2014, 1 hasil semifinalis di Vietnam International Challenge 2015, dan dua hasil perempat finalis di Dutch Open 2014 dan Yonex Sunrise India Open 2015.

     Secara head to head, Maria Febe Kusumastuti dan Hana Ramadhini belum pernah bertemu di kompetisi BWF. Sehingga, pertemuan kedua pemain di babak kualifikasi BCA Indonesia Open Super Series Premiere 2015 akan menjadi yang pertama. Prediksi terhadap pertandingan tersebut adalah dengan melihat kekuatan masing-masing pemain. Febe memiliki kans menang lebih besar karena faktor pengalaman dimana ia bermain di banyak kompetisi berlabel Super Series dan juga Febe secara peringkat dan statistik jauh lebih unggul ketimbang Hana. Namun, Hana memiliki satu keunggulan yakni beban yang ditanggung di pundaknya jauh lebih ringan ketimbang Febe. Hana dalam turnamen ini tidak diunggulkan untuk lolos dari babak kualifikasi, namun ia bisa memanfaatkan itu untuk membuat dirinya bisa tampil all out.


Jelang BIOSSP 2015: Prediksi Boonsak Ponsana vs. Andre Marteen

     Di babak kualifikasi BCA Indonesia Open Super Series Premiere 2015 sektor tunggal putra, salah satu pertandingan yang akan disajikan adalah pertarungan Boonsak Ponsana asal Thailand yang berhadapan dengan Andrea Marteen asal Indonesia. Di atas kertas, Andre Marteen yang berusia 24 jauh tertinggal baik dari pengalaman maupun peringkat atas Boonsak Ponsana yang sembilan tahun lebih tua daripadanya. Boonsak kini berada di peringkat 32 dunia, sementara Andre jauh tertinggal atas tunggal Thailand tersebut di pringkat 139 dunia. Namun, performa kedua pemain belakangan mengalami penurunan, sehingga muncul prediksi-prediksi unik yang belum pasti memenangkaan Boonsak yang jauh diatas Andre.

     Sepanjang karirnya, Boonsak Ponsana telah memainkan total 558 pertandingan, dengan 343 kemenangan dan 215 kekalahan. Sementara untuk tahun ini saja, Boonsak bermain di 16 pertandingan dengan 9 kemenangan dan 7 kekalahan. Secara peringkat dunia, Boonsak dalam beberapa waktu belakangan terus mengalami penurunan. Boonsak yang sebelumnya peringkat 8 dunia pada bulan Juni 2014, kini terlempar ke peringkat 30 dunia pada bulan Mei 2015. Ketidakstabilan permainan Boonsak ditambah dengan faktor usia membuat performa Boonsak tidak bisa sebaik dulu. Bahkan, dalam 13 turnamen terakhir, prestasi terbaik Boonsak hanya lolos ke semifinal Skycity New Zealand Open 2015.

 
  Sementara itu, Andre Marteen sepanjang karirnya telah memainkan 86 pertandingan dengan 47 kemenangan dan 39 kekalahan. Pada tahun 2015 ini, Andre telah bermain di 13 pertandingan dengan 9 kemenangan dan 4 kekalahan. Sementara itu, dari peringkat dunia, peringkat Andre Marteen mengalami naik-turun dalam satu tahun belakangan. Andre yang pada bulan Juni 2014 berada di peringkat 111 dunia, sempat jatuh ke peringkat ke 173 dunia di bulan November 2014, namun berhasil terangkat ke peringkat 139 dunia di bulan Mei 2015 kemarin. Dalam 11 turnamen terakhir, Andre berhasil menjuarai satu turnamen di Thailand, yakni Smiling Fish Thailand International Series 2015. Kesempatan Andre untuk bermain di kompetisi Super Series sangatlah susah dengan peringkatnya yang berada di kisaran peringkat 100-an dunia. Sehingga, turnamen BCA Indonesia Open Super Series Premiere 2015 ini harus bisa dimanfaatkan Andre untuk menunjukkan performa teraiknya demi bisa mengangkat peringkat dunianya.

     Prediksi untuk pertandingan babak kualifikasi BCA Indonesia Open Super Series Premiere 2015 ini cukup menarik. Diatas kertas, Boonsak sangat dijagokan untuk memenangi pertandingan ini, melihat peringkat dunianya lebih tinggi dibanding Andre, dan dengan pengalamnnya yang jauh lebih banyak. Namun, ada peluang yang justru memenangkan Andre Marteen dalam pertandingan ini. Ada tiga faktor, yakni faktor pemain muda, faktor tuan rumah, dan faktor head to head. Maksudnya adalah bahwa Andre Marteen adalah pemain muda yang secara mental memiliki beban lebih ringan ketimbang pemain senior sehingga dia akan bermain all out dan tampil maksimal. Kemudian, Andre juga merupakan pemain tuan rumah dan akan mendapat dukungan dari para suporter Indonesia. Dan terakhir, Andre belum pernah bertemu dengan Boonsak Ponsana, sehingga ia bisa memanfaatkan itu untuk menunjukkan performa terbaiknya yang belum pernah dilihat oleh Boonsak.




Analisa Raket: Perkembangan Pesat Pemain Eropa Menghabisi Sejarah Indonesia?

     Pada era bulutangkis tahun 1960an hingga 1990an, Indonesia muncul sebagai raksasa yang sangat ditakuti oleh setiap negara pesaing. Banyak sekali nama pemain Indonesia pada era tersebut yang membuat sejarah dan sangat ditakuuti oleh pebulutangkis siapapun. Sebut saja Liem Swie King, Rudy Hartono, Alan Budikusuma, Haryanto Arbi, hingga Susi Susanti, nama-nama tersebu sangat ditakuti oleh para rival di masa kejayaannya. Secara total, dari nomor regu Indonesia berhasil mengoleksi 13 gelar juara Piala Thomas, 3 gelar juara Piala Uber, dan 1 gelar Piala Sudirman. Sementara dari nomor perseorangan Indonesia mengoleksi 6 emas 6 perak dan 6 perunggu di Olimpiade Musim Panas, 26 emas 25 emas dan 40 perunggu dari Asian Games, dan 103 emas secara total dari Sea Games.

     Namun, keemasan sejarah Indonesia mulai terhadang oleh kehadirannya pemain-pemain asing, terutama para pemain Eropa. Pada era kejayaan Indonesia, negara seperti Denmark, Spanyol, dan Inggris sangat tidak diperhitungkan dalam kejuaraan, apalagi jika bertemu dengan Indonesia. Namun di era 2000an yang baru ini, negara negara tersebut justru malah menebar ancaman bagi Indonesia. Di nomor tunggal putra, ada Jan O Jorgensn dan Viktor Axelsen asal Denmark yang menduduki peringkat 3 dan 9 dunia secara berurutan. Pemain nomor satu Indonesia, Tommy Sugiarto berada dibawah kedua pemain di peringkat 13 dunia. Kemudian, di nomor tunggal putri ada nama-nama seperti Carolina Marin asal Spanyol yang menduduki peringkat 3 dunia dan Beatriz Corrales yang juga asal Spanyol, penduduk peringkat 20 dunia. Maria Febe Kusumastuti yang merupakan tunggal putri nomor satu Indonesia, jauh tertinggal di peringkat 28 dunia. Beralih ke nomor ganda putra, Indonesia yang menyumbang nama lewat Mohammad Ahsan./Hendra Setiawan di peringkat ketiga dunia, masih dibawah Mathias Boe/Carsten Mogensen yang menduduki peringkat kedua dunia. Lalu, dari nomor ganda putri, Nitya Krishinda Maheswari/Greysia Polii yang menduduki peringkat 7 dunia masih sedikit teringgal atas ganda Denmark Kamila Rytter Juhl/Christinna Pedersen yang berada di peringkat 5 dunia. Indonesia hanya bisa melewati pemain Eropa di nomor ganda campuran, dimana ganda Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir berada di peringkat tiga dunia, unggul satu peringkat atas ganda Denmark Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen di peringkat keempat dunia.

     Lalu, pertanyaan mulai bermunculan ke otak para pengamat dan pecinta bulutangkis, mengapa para pemain asal Eropa perlahan-lahan mulai menghabisi para pemain Indonesia. Mengapa manisnya sejarah bulutangkis Indonesia perlahan-lahan mulai tertutup oleh munculnya para pemain asal Eropa yang menunjukkan perkembangan yang pesat?
Smash Indonesia menganalisa bahwa fenomena ini dapat terjadi karena kebanyakan dari para pemain Indonesia secara mental tertinggal dari para pemain Eropa. Maksudnya adalah bahwa kebanyakan dari para pemain Indonesia tidak mampu menunjukkan konsistensi terhadap permainan mereka, sementara para pemain Eropa mampu. Terkadang para pemain Indonesia mampu tampil hebat dalam suatu turnamen, namun pada turnamen lainnya mereka tidak bisa tampil maksimal. Ini adalah masalah mental para pemain, kemampuan para pemain untuk bisa menunjukkan konsistensi dalam permainan. Ini yang membuat para pemain Indonesia jauh tertinggal dibanding para pemain Eropa. Oleh karena itu, ini menjadi "PR" besar bagi para pengurus bulutangkis di Indoensia, dimana mereka harus bisa mengembangkan para pemain, bukan hanya secara fisik tapi juga secara mental. Apabila mental para pemain Indonesia tidak bisa dikembangkan dan hanya mengandalkan fisik, para pemain Indonesia makin lama akan terus tertinggal dari para pemain Eropa dan para pemain dari negara asing lainnya.



Sabtu, 30 Mei 2015

Tips: Menjadi Suporter di BCA Indonesia Open Super Series Premiere 2015

     Gelaran BCA Indonesia Open Super Series Premiere 2015 sudah tinggal dua hari lagi. Para pecinta bulutangkis pasti sudah tidak sabar untuk turnamen dengan hadiah terbesar di dunia dan dengan suporter paling fanatik di dunia. Banyak dari Anda pun ingin merasakan euforia turnamen ini langsung di Istora Senayan pada tanggal 2-7 Juni mendatang. Berikut kami berikan tips bagi Anda sebelum menonton BCA Indonesia Open Super Series Premiere 2015:

1. Beli tiket secara online

Sebelum Anda menonton, pastinya Anda harus memesan tiket untuk bisa menyaksikan secara langsung para pemain di Istora Senayan. Pada Indonesia Open kali ini, Anda dapat membeli tiket secara langsung di blibli.com, BERIKUT CARA MEMBELI TIKET ONLINE BCA INDONESIA OPEN SUPER SERIES PREMIERE 2015. Pilihlah dengan baik tanggal Anda akan menonton beserta kelas kursi yang tersedia antara lain VIP, Kelas I, dan Kelas II. Bila tiket di blibli.com habis, Anda bisa langsung membeli tiket di Istora Senayan melalui ticket box indonesia open.

2. Beberapa hari sebelum menonton, banyaklah istirahat 

Beberapa hari sebelum menonton, sebaiknya Anda beristirahat secukupnya, jangan banyak melakukan aktifitas berat, karena menonton Indonesia Open akan menguras banyak tenaga Anda. Sebaiknya, Anda tidak mengonsumsi gorengan dan banyak minum air putih, agar suara Anda bisa tetap terjaga dan bisa menyorakkan #EaaForIndonesia di Istora Senayan.

3. Pada hari pertandingan, berangkatlah lebih awal 

Pada hari pertandingan, kami sarankan Anda untuk datang lebih awal dari jadwal pertandingan pada hari yang bersangkutan. Kawasan Senayan berada di jantung kota Jakarta dan bisa terjadi kemacetan yang membuat Anda telat untuk tiba di Istora Senayan. Juga, reservasi tempat duduk tidak diperbolehkan dalam turnamen Indonesia Open, sehinggan Anda harus datang lebih awal untuk bisa mendapat tempat duduk yang enak.

4. Sebelum masuk Istora, makan dan minum secukupnya

Sebelum Anda masuk ke arena pertandingan, sebaiknya Anda makan dan minum secukupnya karena makanan dan minuman tidak diperbolehkan dalam Istora. Anda dapat membeli makan dan minum di bazzaar dan dan foodtruck yang tersedia di luar Istora. PETA VENUE ISTORA SENAYAN

5. Gunakan fasilitas toilet sebelum masuk Istora

Kami sarankan bagi Anda untuk menggunakan fasilitas toilet sebelum Anda masuk ke dalam Istora. Sebaiknya Anda meminimalkan penggunaan toilet selama pertandingan berlangsung karena Anda dapat kelewatan pertandingan dan tempat duduk Anda bisa saja diambil ketika Anda menggunakan fasilitas toilet. Sehingga, lebih baik menggunakan fasilitas toilet sebelum masuk Istora.

Itulah lima tips Smash Indonesia bagi para penonton yang akan ambil bagian menjadi suporter BCA Indonesia Open Super Series Premiere 2015. Jadi, sudah siapkah Anda menyorakkan #EaaForIndonesia di Istora?


Evaluasi Australian Open, Indonesia Mengecewakan

     Indonesia tampil mengecawakan di turnamen The Star Australian Badminton Open 2015 yang
berlangsung sejak tanggal 26 Mei lalu. Pasalnya, tidak ada satupun pemain asal Indonesia yang masuk ke babak final turnamen yang diselenggarakan di Sydney tersebut. Satu-satunya harapan Indonesia yang tersisa, yakni pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir sudah gugur di babak semifinal kemarin. Hasil mengecawakan ini pun membuat para pelatih Indonesia harus membuat evaluasi cepat terhadap kondisi ini, karena gelaran BCA Indonesia Open Super Series Premiere 2015 sudah di depan mata.

     Sejumlah pemain unggulan Indonesia yang sangat diharapkan bisa meraih gelar di Australia tampil di luar ekspektasi. Banyak kejutan yang terjadi yang mulai menimbulkan rasa khawatir kepada para pecinta bulutangkis, karena Indonesia Open sudah tinggal dua hari lagi. Pemain-pemain Indonesia berguguran secara mengejutkan di babak awal dan atas pemain yang diatas kertas jauh tertinggal dibanding para pemain Indonesia. Diantara pemain Indonesia yang gugur adalah Tommy Sugiarto yang kalah 21-7 14-21 18-21 atas tunggal Prancis Brice Leverdez di babak pertama, ganda Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan yang kalah 19-21 15-21 atas ganda Korea Ko Sung Hyun/Shin Baek Choel di babak pertama, ganda Nitya Krishinda Maheswari/Greysia Polii yang kalah atas ganda China, Tian Qing/Tang Jinhua 18-21 16-21 di perempat final, dan ganda Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir yang kalah atas ganda Hong Kong, Lee Chun Hei Reginald/Chau Hoi Wah 8-21 21-9 15-21.

     Kekalahan para pemain Indonesia ini mulai mengkhawatirkan para pecinta bulutangkis yang menantikan penampilan mereka di Istora Senayan dalam turnamen BCA Indonesia Open Super Series Premiere 2015. Beberapa pemain yang sangat diunggulkan untuk bersinar di Australia seperti ganda Ahsan/Hendra dan Tontow/Lilyana gugur di tangan pemain-pemain non unggulan. Dengan waktu yang sangat minimal ini, para pemain harus memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk melakukan evaluasi agar bisa tampil maksimal di
depan para suporter Indonesia, dan meraih prestasi terbaik di Istora. Jangan sampai kegagalan di Indonesia Open 2014 kembali terulang, dan Indonesia harus menerima tanpa gelar di tanah sendiri.


Baru Pulih, Tommy Sugiarto Mengkhawatirkan

     Tunggal putra asal Indonesia, Tommy Sugiarto belum bisa menampilkan performa terbaiknya paska pulih dari cedera pinggang yang ia alami. Pasalnya, pemain nomor 13 dunia ini harus disingkirkan oleh tunggal asal Prancis, Brice Leverdez di babak pertama turnama The Star Australian Badminton Open 2015 beberapa hari yang lalu. Tommy masih belum bisa beradaptasi setelah absen selama dua bulan setelah mengalami cedera pada ajang  Indian Open Super Series 2015. Performa Tommy pun mengkhawatirkan para pencinta bulutangkis, karena turnamen BCA Indonesia Open Super Series Premiere tinggal tiga hari lagi. Tommy dituntut berbenah diri dalam sisa waktu tiga hari persiapan untuk memantapkan diri agar bisa maksimal di Jakarta nanti.

     Dengan kondisi cedera pinggang yang baru pulih sementara ditambah dengan harapan besar masyarakat Smash Indonesia menganalisa bahwa Tommy Sugiarto mungkin akan kesulitan dalam Indonesia Open kali ini karena cedera yang masih menghantuinya dan eban yang dipikul di pundaknya. Akan sangat sulit sekali bagi Tommy untuk berprestasi di Istora, namun masih ada kemungkinan dirinya bisa bersinar di Jakarta.
kepada Tommy sebagai pemain tunggal putra nomor satu di Indonesia untuk tampil maksimal, dikhawatirkan dapat membuat Tommy terbebani dan malah tidak bisa maksimal. Tommy harus mampu menyampingkan segala beban yang berada di pundaknya dan harus bermain dengan semangat seperti para pemain muda, agar performa Tommy di Indonesia Open kali ini dapat maksimal. Namun,

     Pada babak pertama BCA Indonesia Open Super Series Premiere 2015, Tommy Sugiarto dijadwalkan akan bertemu dengan tunggal putra asal China, Lin Dan, yang menjadi unggulan kedua di turnamen ini. Diatas kertas, Tommy jauh tertinggal dalam seluruh aspek atas Lin Dan. Akan menjadi tantangan sulit bagi Tommy untuk menaklukkan Super Dan, namun Tommy diharapkan bisa tampil nothing to lose saat berjumpa Lin Dan agar bisa menunjukkan performa maksimalnya.


Mengintip Peluang: Pemain Eropa vs. Istora Senayan

     Kompetisi BCA Indonesia Open Super Series Premiere 2015 sudah tinggal hitungan hari, para pemain kelas dunia sudah bersiap diri untuk bertarung depan ribuan penonton fanatik di Istora Senyan. Banyak pemain yang mengaku sudah sangat tidak sabar untuk bisa segera bermain di turnamen berhadiah US$ 800,000 (Rp.10.5 Millar), atau yang terbesar diantara seluruh turnamen bulutangkis di dunia. Para pemain baik pemain muda maupun pemain senior dan baik pemain tuan rumah maupun pemain tamu mengaku sudah sangat siap dan tidak sabar lagi menghadapi turnamen yang akan diselenggarakan pada 2 Juni hingga 7 Juni mendatang ini.

   Dalam turnamen Indonesia Open kali ini, pemain-pemain yang menyolok adalah para pemain asal Eropa. Banyak pemain asal Eropa yang mengaku sangat menyukai turnamen Indonesia Open dan sudah menanti turnamen tersebut sejak lama. Diantara pemain yang memberikan pernyataan demikian adalah tunggal putri nomor tiga dunia , Carolina Marin asal Spanyol dan pasangan ganda campuran asal Denmark, Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen yang menduduki peringkat empat dunia. Ketiga pemain mengaku Istora Senayan bagaikan kandang bagi mereka, para pemain Eropa sangat menyukai bertanding di Jakarta karena suporter fanatik yang luar biasa banyaknya.

  Smash Indonesia menganalisa para pemain Eropa wajib diwaspadai karena dapat memberikan kejutan di Istora tahun ini. Dalam perhelatan BCA Indonesia Open Super Series Premiere 2015, dalam setiap nomor setidaknya memiliki satu pemain asal Eropa yang menjadi unggulan. Denmark menjadi tim Eropa dengan jumlah unggulan terbanyak, yakni sebanyak empat unggulan, melebihi Indonesia yang hanya tiga. Menganalisa kondisi demikian, nampaknya para pemain Eropa dapat bersinar di kejuaraan Indonesia Open tahun 2015 mendatang, dan ini akan menjadi peringatan keras bagi para pemain Indonesia. Pada kejuaraan tahun lalu, Denmark mengejutkan ketika merebut dua gelar dari Jakarta yakni oleh Jan O Jorgensen dari tunggal putra dan pasangan Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen dari ganda campuran, sementara Indonesia gagal merebut satupun gelar.


Trans 7 Jadi Official Broadcaster BCA Indonesia Open Super Series Premiere 2015

     Trans 7 kembali terpilih menjadi official broadcaster untuk turnamen BCA Indonesia Open Super Series Premiere 2015, dan akan menyiarkan secara langsung pertadingan pada tanggal 4 Juni hingga 7 Juni. Pertandingan yang akan disiarkan secara langsung oleh Trans 7 adalah pertandingann babak kedua, perempat final, semifinal, dan final yang bermain di lapangan satu. Pertandingan setiap harinya akan mulai
disiarkan pada pukul 13:00 WIB, dan dapat ditonton oleh masyarakat seluruh Indonesia. Ini bukanlah pertama kalinya Trans 7 terpilih sebagai official broadcaster Indonesia Open. Sejak tahun-tahun sebelumnya, Trans 7 memang sudah menjadi official broadcaster bagi Indonesia Open.

     Bagi para penikmat bulutangkis yang ingin mengikuti permainan para pemain kelas dunia di ajang BCA Indonesia Open Super Series Premiere 2015 diluar jadwal siaran langsung tersebut dapat tetap mengikutinya melalui ONLINE SCORE atau LIVE STREAMING. Bagi Anda yang ingin merasakan euforia turnamen Indonesia Open, buruan beli tiket sekarang sebelum kehabisan. BERIKUT CARA MEMBELI TIKET BCA INDONESIA OPEN SUPER SERIES PREMIERE 2015 SECARA ONLINE


Legenda Lapangan: Susi Susanti

     Lucia Francisca Susi Susanti, atau yang lebih dikenal sebagai Susi Susanti adalah mantan pemain bulutangkis asal Indonesia, yang menjadi legenda tunggal putri Indonesia. Susi terlahir pada tanggal 11 Februari, 1971 di kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia. Susi terkenal dengan permainannnya yang elegan dan dirinya disebut-sebut menjadi salah satu pemain tunggal putri tersukses sepanjang masa. Sepanjang karirnya bersama bulutangkis, Susi telah meraih banyak gelar juara di kejuaraan internasional dan banyak medali emas yang diraih dari Olimpiade Musim Panas, Sea Games, dan Pekan Olahraga Nasional (PON). Susi Susanti mendapat pengakuan dari International Badminton Federation (atau sekarang Badminton World Federation) untuk masuk hall of fame.

     Karir manis Susi Susanti berawal di Sea Games tahun 1987 di Jakarta, Susi Susanti lolos ke final meski harus menyerah 5-11 9-11 dari rekan senegaranya Elizabeth Latief. Susi mencetak sejarah bagi Indonesia ketika ia berhasil meraih medali emas dari Olimpiade tahun 1992 di Barcelona. Susi menaklukkan Bang Soo Hyun asal Korea Selatan 5-11 11-5 11-3 untuk memenangi medali emas pertama bagii Indonesia di Olimpiade Musim Panas. Karir Susi terus berjalan manis hingga pada akhirnya memutuskan pensiun pada tahun 1997 kita berusia 26 tahun. Sepanjang karir bulutangkisnya, Susi telah memenangi 1 medali emas dan 1 medali perunggu di Olimpiade Musim Panas, 6 emas dan 1 perunggu di World Badminton Grand Prix Finals, 3 emas dan 1 perunggu di Sea Games, serta 32 gelar juara dan 9 runner-up di seluruh turnamen
bulutangkis selama karirnya.

     Susi Susanti menikah dengan Alan Budikusuma, yang juga merupakan peraih medali emas di Olimpiade Musim Panas 1992 di sektor tunggal putra, pada tahun 1997, setelah 9 tahun pacaran. Pernikahan Susi-Alan dikaruniai tiga orang anak, Lourencia Averina (lahir 1999), Albertus Edwar (lahir 2000), dan Sebastianus Frederick (lahir 2003). Setelah pensiun, Susi dan Alan mendirikan perusahaan ASTEC (Alan and Susi Technology), perusahaan yang membuat peralataan olahraga. Selain perusahaan alat olahraga, Susi Susanti juga mendirikan tempat refleksi dan pusat fisioterapi olahraga bernama "Fontana" yang memiliki empat cabang di Jakarta.

     Kisah karir Susi Susanti yang berkiprah di dunia bulutangkis selama 10 tahun ini tentu sangat menginspirasi para pemain tunggal putri muda di Indonesia. Keberhasilan Susi untuk meraih keberhasilan tentu menginspirasi para pemain tunggal putri untuk terus bersemangat memajukan bulutangkis Indonesia yang belakangan mengalami kemunduran. Dan pada gelaran BCA Indonesia Open Super Series Premiere 2015, mari kita lihat apakah akan ada pemain muda yang bisa menyaingi keberhasilan Susi Susanti, legenda bulutangkis Indonesia yang tidak akan pernah dilupakan.


Mengintip Peluang: Nitya Krishinda Maheswari/Greysia Polii

     Sektor ganda putri Indonesia memang mengalami keterpurukkan belakangan ini, Indonesia sulit sekali untuk merebut gelar juara turnamen lewat sektor ganda putri. Bahkan, selama perhelatan kompetisi Super Series sejak tahun 2007 hingga tahun 2015, Indonesia hanya berhasil merebut 2 gelar juara dimana keduanya direbut oleh pasangan Lilyana Natsir/Vita Marissa di China Masters 2007 dan Indonesia Open Super Series 2008. Selama 7 tahun Indonesia terpaksa harus berpuasa gelar di sektor ganda putri dan hanya bisa menelan ludah sambil menyaksikan China yang mendominasi nomor ini. Dengan fakta demikian, pertanyaan mulai bermunculan mempertanyakan mengapa Indonesia bisa mengalami kemunduran separah ini. Nomor ganda putri memang sudah menjadi kelemahan bagi Indonesia namun setidaknya nama-nama seperti Verawaty Fajrin, Ivana Lie, Eliza Nathanael, dan Rosiana Tendean yang masih mampu menyubang gear bagi Indonesia di nomor ini, namun kini Indonesia nampaknya sulit sekali untuk merebut satu gelar saja dalam kurun waktu yang cukup lama.

     Belakangan ini, dalam beberapa turnamen Indonesia hanya bisa menaruh harapan mereka pada ganda Smash Indonesia menganalisa bahwa ketidakkonsistennya performa Nitya/Greysia menjadi penyebab pasangan ini sulit sekali untuk merebut gelar juara di setiap turnamen. Terkadang pasangan ini mampu membuat kejutan dengan mengalahkan pasangan unggulan, namun terkadang pasangan ini tidak berdaya ketika berhadapan dengan pasangan lain.
Nitya Krishinda Maheswari/Greysia Polii yang menduduki peringkat 7 dunia menurut BWF. Namun, dalam 11 turnamen bersama, Nitya/Greysia hanya mampu meraih 1 gelar di Yonex Open Chinese Taipei 2014, dan di kompetisi lainnya termasuk gelaran Super Series mereka selalu gagal untuk meraih gelar juara.

     Bila kita melihat peluang Nitya/Greysia di BCA Indonesia Open Super Series Premiere 2015, nampaknya ini akan menjadi sangat suli bagi pasangan ganda putri nomor satu di Indonesia ini. Akan sangat sulit bagi Nitya/Greysia untuk bisa merebut gelar juara di Jakara tahun ini. Namun, meskipun demikian Nitya/Greysia masih bisa mengambil keuntungan dari beban ringan yang ada di pundak kedua pemain. Sektor ganda putri terbilang tidak diunggulkan untuk menyumbang gelar di Indonesia Open tahun ini, dan masyarakat Indonesia pun tidak menaruh banyak harapan pada kedua pasangan. Nitya/Greysia harus bisa memanfaatkan kondisi ini untuk bermain lepas dan mengeluarkan performa terbaik agar bisa mendapat hasil maksimal di BCA Indonesia Open Super Series Premiere 2015.



   

Jumat, 29 Mei 2015

Tontowi/Lilyana Dipaksa Pulang Dengan Tangan Hampa

     Pasangan ganda campuran nomor satu Indonesia, Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir dipaksa pulang dari Australia tanpa gelar. Pasalnya, pasangan peraih All England tiga kali secara beruntun ini dipaksa menyerah dari pasangan asal Hong Kong, Lee Chun Hei Reginald/Chau Hoi Wah dalam drama tiga set 8-21 21-9 15-21 dalam 51 menit. Kekalahan Tontowi/Lilyana pun sangat mengejutkan karena lawan mereka yang diatas kertas jauh tertinggal dibanding pasangan ini. Lee/Chau sendiri tampil mengejutkan dalam turnamen The Star Australian Open 2015 ini, dimana pada babak perempat final mereka mengalahkan unggulan ketiga asal Denmark, Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen 21-16 13-21 21-19.

     Awal pertandingan di set pertama, Tontowi Ahmad/Lilyana Nasir dikejutkan dengan permainan cepat
 Lee/Chau. Pasangan Indonesia ini gagal beradaptasi dengan permainan lawannya dan harus menyerah 8-21. Namun, pada set kedua Tontowi/Lilyana justru berhasil membalikkan keadaan dan memenangi set dengan mudah 21-9. Namun sayang pada set penentuan Tontowi/Lilyana gagal mempertahankan performa dan harus menyerah 21-15. Dengan hasil ini Lee/Chau memperoleh tiket ke babak final dan masih akan menunggu lawan tandingnya antara pasangan Korea Selatan Ko Sung Hyun/Kim Ha Na atau pasangan China, Liu Cheng/Bao Yixin.

     Kekalahan Tontowi/Lilyana juga memastikan bahwa Indonesia tidak akan mendapat satupun gelar di The Star Australian Badminton Open 2015 ini. Pasalnya, ganda putri Nittya Krishinda Maheswari/Greysia Polii gugur di tangan pasangan China Tian Qing/Tang Jinhua pada babak perempat final kemarin dengan skor 21-18 21-16. Meski kalah, Tontowi/Lilyana dan Nittya/Greysia bisa mendapat keuntungan yakni istirahat lebih panjang jelang BCA Indonesia Open Super Series Premiere yang akan datang tiga hari lagi.



Mengintip Peluang: Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi

     Sektor ganda putra belakangan disebut-sebut menjadi sektor terkuat bagi Indonesia, dan selalu menjadi tumpuan untuk meraih gelar dalam setiap kompetisi internasional. Dalam kurun waktu 2014-2015 saja, dari 7 gelar yang dikoleksi Indonesia di ajang Super Series, 4 diantaranya berasal dari sektor ganda putra. Tiga gelar disabet oleh pasangan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan di All England, Hong Kong Open, dan Malaysia Open, serta satu gelar lainnya direbut oleh Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi yang diraih di kejuaraan Singapore Open beberapa waktu silam.

     Pasangan ganda putra nomor 17 dunia, Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi belakangan ini
menampilkan performa yang sangat menjanjikan. Pasangan yang belum lama dibentuk ini baru menjalani 9 turnamen bersama namun sudah berhasil meraih satu gelar juara di OUE Singapore Open Super Series 2015, dua hasil runner-up di Thailand International Challenge 2015 dan Macau Open 2014, serta satu hasil semifinalis di Sunrise Malaysia Masters 2015. Hasil ini pun membuktikan reshuffle pasangan yang dilakukan terhadap kedua pemain memang tepat. Angga Pratama yang dahulu dipasangkan dengan Ryan Agung Saputra dan Ricky Karanda Suwardi yang dahulu dipasangkan Berry Angriawan, sama sama belum pernah menyentuh babak final dalam turnamen internasional.


     Lalu bagaimana dengan peluang pasangan Angga/Ricky di kompetisi BCA Indonesia Open Super Series Premiere 2015? Di atas kertas, pasangan ini tentu memiliki kepercayaan diri yang tinggi paska kemenangan mereka Singapore Open 2015 yang lalu. Gelar perdana Angga/Ricky tentu akan menambah semangat kedua pemain untuk meraih gelar di kandang sendiri di ajang Indonesia Open. Sementara itu, pasangan nomor tiga di Indonesia ini juga memikul beban yang lebih ringan ketimbang pasangan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan yang sangat dijagokan untuk meraih gelar di Indonesia Open kali ini. Sehingga, dengan faktor tingkat semangat dan kepercayan diri yang tinggi serta beban yang ringan Angga/Ricky bisa tampil lepas di Istora Senayan nanti. Smash Indonesia  memprediksi bahwa Angga/Ricky memiliki peluang yang besar untuk bisa memenangi BCA Indonesia Open Super Series Premiere 2015, kedua pasangan hanya perlu mempertahankan performa dan semangat kepercayaan diri yang tinggi agar bisa memenangi gelar di tanah Indonesia.

BACA JUGA: Menang di Singapura, Angga/Ricky Optimis di Negeri Sendiri


Jelang Indonesia Open, Jonatan Christie Malah Sakit

     Tunggal putra nomor 53 dunia, Jonatan Christie belakangan dilaporkan menderita flu berat, padahal gelaran BCA Indonesia Open Super Series Premiere 2015 hanya tinggal menghitung hari. Pelatih Pelatnas, Hendry Saputra mengkonfirmasi kondisi Jonatan, ia mengatakan bahwa dalam beberapa hari belakangan flu yang dialami Jonatan semakin memberat, dan membutuhkan banyak istirahat. Jonatan memang sudah mengalami flu sejak kepulangan dari Dongguan, China setelah membela Indonesia dalam perhelatan Piala Sudirman 2015. Di turnamen tersebut, Jonatan bermain dalam tiga pertandigan, menang sekali dan kalah dua kali.

     Pada turnamen BCA Indonesia Open Super Series Premiere 2015 mendatang, Jonatan Christie dijadwalkan akan mengawali kompetisi dari babak kualifikasi. Menurut draw, Jonatan akan berhadapan dengan rekan senegara Firman Abdul Kholik yang menduduki peringkat 66 dunia. Ini merupakan kali pertama Jonatan bertarung di kompetisi Indonesia Open. Dalam turnamen Indonesia Open kali ini, Jonatan sangat diunggulkan untuk lolos ke babak utama. Maka dari itu, Hendry Saputra sangat berharap bahwa kondisi Jonatan dapat membaik pada hari Senin agar bisa bermain fit pada babak kualifikasi yang dijadwalkan akan dilangsungkan pada tanggal 2 Juni, 2015 di Istora Senayan Jakarta.



Menang di Singapura, Angga/Ricky Optimis di Negeri Sendiri

     Pasangan ganda putra Indonesia, Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi mengaku optimistis untuk berprestasi di turnamen BCA Indonesia Open Super Series Premiere 2015. Ganda yang bertengger di peringkat 17 dunia ini mengaku sangat optimis di turnamen yang berlangsung sendiri, setelah berhasil meraih gelar juara di turnamen negara tetangga OUE Singapore Open 2015. Pada putaran final di Singapura, Angga/Ricky berhasil menaklukkan ganda asal China, Fu Haifeng/Zhang Nan 21-15 11-21 21-14.

     Anggaa Pratama dan Ricky Karanda Suwardi merupakan pasangan yang belum lama dibentuk, keduanya berpisah dari pasangan masing-masing. Angga Pratama sebelumnya berpasangan dengan Ryan Agung Saputra, sementara Ricky Karanda Suwardi sebelumnya berpasangan dengan Berry Angriawan. Pasangan baru ini telah bermain di 9 turnamen, dengan memenangi satu di OUE Singapore Open 2015, dan menjadi runner-up di dua turnamen, yakni di Thailand pada tahun 2015 dan di Macau pada tahun 2014.

     Pada turnamen BCA Indonesia Open Super Series Premiere 2015, Angga/Ricky mengaku percaya bisa berprestasi dan menargetkan setidaknya lolos ke babak semifinal. Pada partai pembuka turnamen tersebut, pasangan tersebut akan mengulang kembali partai final di Singapura karena akan menghadapi ganda asal China Fu Haifeng/Zhang Nan. Secara peringkat Angga/Ricky memang tertinggal dibanding Fu/Zhang, namun bila melihat statistik dan head to head, Angga/Ryan lebih unggul ketimbang unggulan kedelapan tersebut. Pada BCA Indonesia Open edisi 2014, Angga Pratama yang kala itu dipasangkan dengan Ryan Agung Saputra dan Ricky Karanda Suwardi yang dipasangkan dengan Berry Angriawan sama-sama terhenti di babak kedua.

BACA JUGA: Mengintip Peluang: Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi


Marin Sang Juara Dunia Akui Tak Sabar Bermain di Istora

     Juara dunia di sektor tunggal putri, Carolina Marin asal Spanyol mengaku sudah tidak sabar untuk bertanding di Istora Senayan dalam turnamen BCA Indonesia Open Super Series Premiere 2015 mendatang. Marin mengakui bahwa Indonesia Open memang merupakan turnamen favoritnya dan sangat menantikan turnamen tersebut. Marin juga menambahkan suasana stadion dengan suporter yang sangat banyak jumlahnya membuat dirinya sangat suka ketika bermain di Istora Senayan.


     Pemain asal Spanyol tersebut belakangan memang mengalami perkembangan yang sangat pesat dan sangat menjanjikan. Dalam setahun belakangan, Marin yang sebelumnya bertengger di peringkat 11 dunia kini berada di peringkat 3 dunia. Juara dunia pertama asal Spanyol tersebut menuai prestasi yang manis dalam beberapa tahun terakhir. Dalam kurun setahun belakangan, Marin berhasil meraih 3 gelar juara yakni di Kejuaraan Dunia 2014, All England 2015, dan Malaysia Open 2015. Dalam kurun waktu yang sama, Marin juga meraih 3 gelar runner-up yakni di Australian Open 2015, Syed Modi International Badminton Championships 2015, dan German Open 2015.

     Pada laga pembuka BCA Indonesian Open Super Series Premiere 2015, Carolina Marin akan menghadapi Yui Hashimoto asal Jepang yang menduduki peringkat ke-30 dunia. Secara peringkat dan head to head, peluang Marin untuk meraih gelar di Jakarta sangat besar. Sehingga, bukan tidak mungkin Carolina Marin mampu merebut gelar juara dari turnamen bulutangkis berhadiah terbesar di dunia tersebut.


Cedera, Bellaetrix Manuputty Batal Tanding di Istora

     Akibat cedera lutut yang dialami saat membela tim Indonesia di ajang Piala Sudirman beberapa waktu yang lalu, Bellaetrix Manuputty nampaknya harus mengubur mimpinya untuk tampil di BCA Indonesia Open Super Series Premiere 2015 yang diselenggarakan mulai 2 Juni hingga 7 Juni mendatang. Bella yang kala itu turun saat menghadapi Li Xuerui (China) terpaksa harus mengundurkan diri di awal pertandingan. Padahal, Bella saat itu tengah unggul 5-3 atas tunggal putri nomor dua dunia tersebut. Selain harus absen di Indonesia Open, Bella juga tidak akan bisa ikut kontingen Indonesia yang akan bertanding di Sea Games yang akan berlangsung 5 Juni hingga 16 Juni mendatang di Singapura.


     Bellaetrix Manuputty sejatinya akan bertarung di babak kualifikasi tunggal putri BCA Indonesia
Open Super Series Premiere 2015 untuk memperebutkan tiket ke babak utama. Bella dijadwalkan akan menghadapi tunggal asal China, Yao Xue yang menduduki peringkat 66 dunia pada partai pembuka Indonesia Open tanggal 2 Juni mendatang. Kondisi Bella ini membuat Yao Xue akan melaju secara otomatis ke babak kedua kualifikasi, dan akan menghadapi pemenang laga Chloe Magee vs. Aprillia Yuswandari. Absennya Bella di Indonesia Open, Sea Games dan kemungkinan beberapa turnamen mendaang mengancam posisinya untuk bisa lolos ke Olimpiade Musim Panas tahun 2016 di Rio De Janeiro. Bella yang kini duduk di peringkat 55 dunia menurut BWF terancam mengalami penurunan peringkat lagi.

     Sementara itu, mundurnya Bella dari Indonesia Open semaking mempersempit peluang Indonesia untuk berprestasi dan meraih gelar di kandang. Pasalnya, Bella yang merupakan pebulutangkis putri nomor empat di Indonesia memang menjadi salah satu tumpuan untuk meraih gelar bagi Indonesia di sektor tunggal putri. Namun, Indonesia masih bisa menaruh harapan Maria Febe Kusumastuti yang lolos secara otomatis ke babak utama serta Adrianti Firdasari, Lindaweni Fanetri, dan Hana Ramadhini yang akan memulai kompetisi dari babak kualifikasi.


Perkenalkan Bio si Maskot BCA Indonesia Open Super Series Premiere 2015

     Sebuah turnamen bulutangkis takakan lengkap tanpa kehadiran sebuah maskot, begitu pun juga dengan turnamen BCA Indonesia Open Super Series Premiere 2015 yang akan datang. Kehadiran maskot memberikan kemeriahan yang lebih dan juga warna yang lebih bagi sebuah turnamen. Pada turnamen Indonesia Open tahun ini, Bio kembai terpilih menjadi maskot untuk kedua kalinya. Sebelumnya pada Indonesia Open tahun 2014 yang lalu, Bio juga tampil mengisi turnamen dengan hadiah termahal di dunia ini. Maskot Bio ini menggantikan maskot Dio yang mengisi Indonesia Open hingga tahun 2013, mengikuti penggantian sponsor kompetisi yang dahulunya Djarum menjadi BCA.
     
     Maskot Bio untuk edisi tahun 2015 diperkenalkan pada hari Minggu (24 Mei) yang lalu di kota Bandung dalam acara Car Free Day. Maskot tersebut diperkenalkan sendiri oleh PT Bank Central Asia, Tbk selaku pihak sponsor turnamen itu sendiri. Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja mengatakan bahwa tujuan acara mengenalkan maskot di Bandung itu adalah untuk meningkatkan animo masyarakat kota Bandung akan kompetisi BCA Indonesia Open Super Series Premiere 2015 yang akan datang. Jahja berharap acara ini dapat meningkatkan semangat masyarakat untuk turut mendukung para atlet Indonesia yang akan bertanding di Istora Senayan mulai tanggal 2 Juni hingga 7 Juni mendatang. 

    Maskot Bio terinspirasi dari burung garuda yang merupakan simbol negara Indonesia, dan wayang yang merupakan seni tradisional Indonesia. Penggunaan wayang dan burung garuda sebagai maskot Indonesia Open memang sudah sejak turnamen tahun 2014 yang lalu. Bank BCA sebagai sponsor mengakui bahwa tujuan wayang yang menjadi maskot kompetisi tersebut adalah untuk memperkenalkan seni wayang kepada masyarakat di seluruh dunia. Pasalnya, kompetisi BCA Indonesia Open adalah kompetisi berstandar internasional dengan label Super Series Premiere yang ditonton bukan hanya oleh masyarakat Indonesian, melainkan juga ditonton oleh masyarakat di seluruh belahan dunia. Nama Bio sendiri diambil dari singkatan BCA Indonesia Open. Sebelum penggunaan Bio sebagai maskot, nama Dio-lah yang digunakan sebagai maskot Indonesia Open. Namun, sejak penggantian sponsor yang sebelumnya Djarum menjadi BCA, maka nama maskot untuk Indonesia Open pun turut diganti.